Senin, 28 Desember 2015

PENYAJIAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama  : Vinny Juwanti
Kelas  : 3EB25
NPM  : 29213159


      Secara garis besar, Struktur Penyajian Karya Ilmiah terdiri atas bagian; Pendahuluan,
Pokok pembahasan, dan Penutup. Dengan demikian, sebuah karya ilmiah akan selalu mulai dengan suatu  pengantar yang menuju ke pokok pembahasan, dan diakhiri dengan penutup yang dapat berupa simpulan dan rekomendasi.

Bagian Pengantar.
Bagian pengantar atau sering disebut pendahuluan dapat berupa latar belakang yang menggambarkan penting nya topik yang akan dibahas, tujuan penulisan, dan mungkin juga ruang lingkup penulisan. Luas cakupan bagian pembuka atau pendahuluan ini bervariasi sesuai dengan jenis karya ilmiah yang ditulis. Ada bagian pendahuluan yang hanya terdiri dari satu atau dua paragraf, ada pula yang terdiri dari satu bab yang dibagi lagi menjadi subtopik.

Bagian Inti.
Bagian inti atau pokok pembahasan sebuah karya ilmiah merupakan bagian yang paling besar dalam sebuah karya ilmiah. Tergantung dari luasnya masalah yang di bahas atau dari jenis karya ilmiah yang ditulis, bagian pembahasan ini dapat sangat panjang dan dapat pula sangat singkat. Skripsi, tesis, dan disertasi mungkin mencantumkan beberapa bab yang dapat dikelompokkan sebagai bagian inti, sedangkan artikel ilmiah mungkin mencamtumkan beberapa subtopik. Namun yang jelas bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses kejadian /penelitian yang di lakukan atau hasil kajian yang akan diungkapkan.

Bagian penutup.
Bagian penutup merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan. Seperti halnya pada bagian pendahuluan dan bagian inti, bagian penutup sebuah karya ilmiah juga mempunyai struktur kajian yang khas, yang berbeda dari bagian penutup jenis tulisan lain. Sebuah karya ilmiah biasanya ditutup dengan simpulan dan harapan atau rekomendasi. Semua ini merupakan simpulan kajian peserta terhadap topik atau masalah yang disajikannya, serta tindak lanjut yang diharapkan terjadi berdasarkan simpulan tersebut. Berita atau cerita pendek tidak selalu menutup beita atau ceritanya dengan simpulan dan rekomendasi.


       Penyajian Karya Tulis Ilmiah berikut ini merupakan bentuk penyajian ideal yang dalam praktiknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan pertimbangan dan keputusan dari Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit.
A. Penyajian Karya Tulis Ilmiah yang Dipublikasikan
Karya Tulis Ilmiah yang dipublikasikan dalam bentuk buku atau artikel pada suatu majalah ilmiah dapat berupa:
1.  Hasil penelitian, pengkajian, survei, dan atau evaluasi di bidang pengawasan.
2.  Tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang pengawasan.
Sedangkan Karya Tulis Ilmiah yang dipublikasikan atau disebarluaskan melalui media massa lainnya termasuk melalui website adalah Karya Tulis Ilmiah populer di bidang pengawasan.
Format/bentuk penyajian untuk Karya Tulis Ilmiah yang dipublikasikan diserahkan sepenuhnya pada mekanisme editorial yang dilakukan oleh pihak penerbit ataupun redaktur dari majalah/media massa, atau pengelola website tersebut.
B. Penyajian Karya Tulis Ilmiah yang Tidak Dipublikasikan
Karya Tulis Ilmiah yang tidak dipublikasikan, didokumentasikan dalam bentuk buku atau makalah dan dapat berupa:
1.  Tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang pengawasan.
2.  Terjemahan/saduran dalam bidang pengawasan.



DAFTAR PUSTAKA

https://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/bab34katul.pdf
http://sapasayaa.blogspot.co.id/2012/03/struktur-struktur-penyajian-karya.html?m=1

LAPORAN NON ILMIAH

Nama : Vinny Juwanti
NPM  : 29213159
Kelas : 3EB25


       Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

Karangan Non Ilmiah

      Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
- Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
- Fakta yang disimpulkan subyektif,
- Gaya bahasa konotatif dan populer,
- Tidak memuat hipotesis,
- Penyajian dibarengi dengan sejarah,
- Bersifat imajinatif,
- Situasi didramatisir,
- Bersifat persuasif.
- Tanpa dukungan bukti

Contoh yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Non-ilmiah:

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah.



DAFTAR PUSTAKA

http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah-non-ilmiah-dan-ilmiah-populer.html
https://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2015/05/06/karya-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah/

Sabtu, 14 November 2015

Konsep Laporan Ilmiah

Nama  :           Vinny Juwanti
NPM   :           29213159
Kelas   :           3eb25

Karya ilmiah adalah hasil pemikiran seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan penengatahuan orang sebelumnya(Setiawan, 2010 : 51).
Penyusunan karya ilmiah harus memenuhi kaidah, antara lain: (1) penyebutan sumber tulisan yang jelas. Jika penyusun karya ilmiah mengutip pendapat orang lain, maka sumber kutipan itu harus disebutkan dengan jelas dan lengkap; (2) memenuhi kaidah penulisan kata, frasa, dan kalimat yang sesuai dengan bahasa yang baik dan benar(Wardani, 2007: 20).

Syarat-syarat Ilmiah Sebuah karya ilmiah dikatakan sebagai tulisan ilmiah  apabila memenuhi syarat-syarat penulisan ilmiah sebagai berikut :
1. Komunikatif, artinya uraian yang disampaikan dapat dipahami pembaca.
2. Kata dan kalimat yang disusun penulis hendaknya bersifat denotatif, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembacanya.
3. Bernalar, artinya tulisan itu harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara objektif, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Ekonomis, artinya kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi sedemikian rupa sehingga tersusun secara padat berisi.
5. Berdasarkan landasan teoritis yang kuat, artinya suatu hasil karya ilmiah bukan subjektifitas penulisnya, tetapi harus berlandaskan teori-teori tertentu yang dikuasai secara mendalam oleh penulis.
6. Tulisan harus relevan dengan ilmu tertentu, artinya tulisan harus ditulis oleh seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu.
7. Memiliki sumber penopang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus menggunakan landasan teori berupa teori mutakhir (terbaru).
8. Bertanggung jawab, artinya sumber data, buku acuan dan kutipan harus bertanggung jawab dengan menyebutkan sumber tulisan dalam karya ilmiahnya


DAFTAR PUSTAKA 


http://www.kompasiana.com/kangimang/konsep-dasar-menulis-karya-ilmiah_5520ee3d8133110f7719f832
http://nurrulwahiddahh.blogspot.co.id/2014/06/konsep-dasar-tujuan-dan-fungsi-serta.html

Penalaran Induktif dan Deduktif Dalam Karya Ilmiah

Nama  :           Vinny Juwanti
Kelas   :           3EB25
NPM   :           29213159

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. 
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.
1. Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu.
contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan  bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
b. Analogi
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan.
contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
1) Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
c. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat.
Contoh:
Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
2. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.

Contoh :
Semua makhluk hidup akan mati
Manusia adalah makhluk hidup
Karena itu, semua manusi akan mati.
Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga.
Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.

b. Entinem
Entiem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.




DAFTAR PUSTAKA 

https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran

Sabtu, 17 Oktober 2015

Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah



NAMA           :           VINNY JUWANTI
NPM               :           29213159
KELAS          :           3EB25
DEFINISI METODE ILMIAH

Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan bukti fisis. Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya.

Metode ilmiah didasarkan pada data empiris

Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Sederhananya tujuan mempelajari metode penulisan ilmiah secara umum bisa dirinci sebagai berikut:
  1. Meningkatkan keterampilan menulis dengan menggunakan fakta di lapangan yang berupa fenomena dan ditinjau secara akademis melalui konsep dan teori
  2. Mengembangkan pengetahuan akademis untuk kepentingan praktis dan akademis
  3. Meningkatkan keterampilan dalam menyajikan dan emngorganisir fakta secara sistematis
  4. Meningkatkan pemahaman penulisan dengan mekanisme yang telah ditentukan.
  5. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara sistematis
  6. Meningkatkan keterampilan dalam menulis berbagai karya tulis
  7.  Meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme penulisan karangan ilmiah
Metode penulisan ilmiah tentu harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang ada dalam pengertian metode ilmiah itu sendiri. Metode ilmiah sendiri bisa diartikan sebagai proses ilmiah, artinya proses yang harus dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis. Penelitian ini bedasarkan bukti fisik dan fenomena yang ada berdasarkan kaidah keilmuan.
Dalam metode ini, fenomena yang ada akan dijelaskan dengan melakukan pengamatan dan perumusah hipotesis, Berbagai prediksi dan atau asumsi yang dirumuskan dalam hipotesis, kemudian diuji dengan eksperimen atau penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
http://bangbiw.com/penjelasan-tentang-metode-ilmiah-tujuan-sikap-dan-langkah-langkahnya/

SILOGISME HIPOTESIS



NAMA           :           VINNY JUWANTI
NPM               :           29213159
KELAS          :           3EB25

Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran silogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term penengah (M). bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru (konsekuens). Proses menarik suatu kesimpulan dari premis-premis tersebut disebut penyimpulan.
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, bila simpulannya juga menolak berarti konsekuen.
Contoh :
  1. My  : Jika tidak ada makanan, manusia akan kelaparan.
  2. Mn  : Makanan tidak ada.
  3. K     : Jadi, manusia akan kelaparan.
  1. My  : Jika tidak ada matahari, tumbuhan tidak akan berfotosintesis.
  2. Mn  : Tumbuhan tidak akan berfotosintesis.
  3. K     : Tumbuhan tidak dapat matahari.
Pada silogisme hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian anteseden dan mungkin pula bagian konsekuensinya tergantung oleh bagian yang diakui atau di pungkiri oleh premis minornya. Kita menggunakan istilah itu secara analog , karena premis pertama mengandung permasalahan yang lebuh umum , maka kita sebut primis mayor , bukan karena ia mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor , bukan karena ia mengandung term minor , tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus

Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis, dan premis minornya bersifat katagorial. Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaiu :
1.             Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
Hari ini cerah ( premis minor )
Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).
2.             Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor )
Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).
3.             Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak akan maksimal
pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal
4.             Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.
Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan , menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah. Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam.

DAFTAR PUSTAKA

Kamis, 11 Juni 2015

BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN



NAMA           :           VINNY JUWANTI
NPM               :           29213159
KELAS          :           2EB25

BAB I
PENDAHULUAN

Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang melakukan berbagai kegiatan untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan perusahaan pada umumnyaadalah untuk memperoleh laba demi menjamin kelangsungan perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.
Kebanyakan orang rata-rata belum mengenal, mengetahui, dan memahami secara jelas tentang berbagai jenis perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negeri. 

BAB II
ISI
Pemilihan bentuk perusahaan didasarkan pada :
  1. Jenis usaha (jasa,industri,perdagangan)
  2. Jumlah modal
  3. Rencana Pembagian laba
  4. Penentuan Tanggungjawab
  5. Penanggungan resiko
  6. Prinsip-prinsip pengawasan
  7. Jangka waktu berdirinya perusahaan.
Bentuk-bentuk perusahaan
  1. perusahaan perseorangan
  2. Fa
  3. CV (persekutuan komanditer =commanditer venootshaap)
  4. PT
  5. Persero
  6. Perum
  7. Perjan
  8. Perusahaan daeran (PD)
  9. Koperasi
  10. Bentuk-bentuk lainnya.
-       joint ventura
-       trust
-       holding
-       sindikat
-       kartel
-       yayasan
-       perusahaan asuransi
-       leasing.
Kewirausahaan adalah : Profesi interaksi/penggabungan antara pendidikan formal dengan seni yang diperoleh melalui rangkaian kerja praktek.
Fungsi yang dilakukan oleh kewirausahaan adalah :
  1. Mengidentifikasikan kesempatan
  2. Mengumpulkan SDM dan SDA
  3. Menarik investasi dari perseorangan ataupun lembaga keuangan
  4. melaksanakan proses produksi maupun perdagangan
  5. menanggung resiko. 
PENGERTIAN BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN

PERUSAHAAN PERORANGAN

Seluruh modal dari perusahaan jenis ini hanya dimiliki oleh satu orang saja, sehingga tanggung jawabnya pun dibebankan kepada satu orang saja, yaitu pemilik modal selaku pengusaha tunggal. Adapun orang lain yang terlibat dalam perusahaan ini hanya sebatas membantu pengusaha berdasarkan perjanjian kerja atau pemberian kuasa.

FIRMA

Persekutuan antara dua orang atau lebih dengan bersama untuk melaksanak an usaha, umumnya dibentuk oleh orang-orang yang memiliki Keahlian sama atau seprofesi dengan tanggungjawab masing-masing anggota tidak terbatas, laba ataupun kerugian akan ditanggung bersama.

PERSEROAN KOMANDITER (CV)

Bentuk Badan Usaha CV adalah bentuk perusahaan kedua setelah PT yang paling banyak digunakan para pelaku bisnis untuk menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia. Namun tidak semua bidang usaha dapat dijalankan Perseroan Komanditer (CV), hal ini mengingat adanya beberapa bidang usaha tertentu yang diatur secara khusus dan hanya dapat dilakukan oleh badan usaha Perseroan Terbatas (PT).
PERSEROAN TERBATAS (PT)

Bentuk badan usaha PT adalah bentuk perusahaan yang paling populer dalam bisnis dan paling banyak digunakan oleh para pelaku bisnis di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usaha diberbagai bidang. Selain memiliki landasan huk um yang jelas seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PERSEROAN TERBATAS bentuk PT ini juga dirasakan lebih menjaga keamanan para pemegang saham/pemilik modal dalam berusaha.
Perum / Perusahaan Umum

Perusahaan umum atau disingkat perum adalah perusahaan unit bisnis negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.\

BAB III
KESIMPULAN

Dari setiap bentuk-bentuk perusahaan diatas yang sudah disebutkan tentunya masing-masing bentuk perusahaan memiliki keunggulan dan keburukannya. Namun, setiap perusahaan tersebut menjalankan tugasnya demi satu tujuan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

https://olga260991.wordpress.com/2009/11/23/bentuk-bentuk-perusahaan/